Rabu, 10 April 2013

LAPORAN PENDAHULUAN AUTIS

 LAPORAN PENDAHULUAN AUTIS
 
I. DEFINISI

Autis adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain. Keadaan ini berhubungan dengan orang lain, tidak terlihat selama masa bayi, tetapi sudah ada. Sudah banyak dilakukan riset pada autisme pada masa anak- anak dini dan terdapat kemajuan dalam pengertian terhadap keadaan ini.


Beberapa definisi tentang autisme;

1. Menurut Kanner (1943)
Gangguan autisme ditandai oleh gangguan yang mencolok di dalam kemampuan anak untuk menyampaikan sesuatu, untuk berhubungan dengan orang lain termasuk keluarganya sendiri.

2. Menurut Rutter (1970)
Merupakan suatu mula timbul daru suatu gangguan untuk melibatkan kegagalan untuk mengembangkan hubungan dalam pribadi jenis autistik sebelum umur 30 bulan, suatu hambatan dalam pembicaraan dan perkembangan bahasa fenomena ritualistik dan konvulsif.


II. JENIS AUTISME


1. Autisme Infantile
Sudah menunjukkan kelainan sejak bayi, tidak ada respon seperti anak normal, sering menangis tanpa sebab terutama menjelang malam hari sulit tidur, kecuali di kamarnya, kontak mata (-), anak tidak mau dipeluk, kelainan neurologis; kejang, disfungsi otak.

Tindakan ;

- stimulasi agar anak menunjukkan respon

- jangan biarkan anak asyik sendiri

- ajak anak untuk berkomunikasi verbal dan non verbal yang jelas

2. Autisme Regresif
Kemampuan yang sudah diperoleh jadi hilang. Awalnya menunjukkan perkembangan normal 1,5 – 2 tahun, tiba- tiba perkembangan terhenti.


III. ETIOLOGI

Penyebab autisme secara pasti belum diketahui, faktor pencetusnya;
1. Saat prenatal adanya infeksi Toksoplasmosis, Rubella, Citomegalo Virus, Herpes yang menimpa pada ibu, sehingga akan mengganggu pertumbuhan sel otak yang sedang terbentuk. Kemungkinan juga ibu keracunan, logam berat, misalnya; makan ikan yang terkontaminasi atau tambal gigi.

2. Faktor genetik

Yaitu faktor keturunan yang berasal dari orantua.


IV. PATOGENESIS

Pada masa bayi terdapat kegagalan dalam mengemong atau menghibur anak, anak kemungkinan tidak memberikan respon yang sesuai saat diangkat dan dapat ditinggal lemah dan tidak memberikan respon. Tidak adanya kontak mata dapat memberikan kesan jauh dan tidak mengenal. Bayi yang lebih tua dapat memperlihatkan sedikit perasaan ingin tahu atau minat pada lingkungannya. Pada masa anak-anak dan remaja, anak dengan autisme dapat menunjukkan respon yang abnormal terhadap suara, anak dapat takut pada suara tertentu dan tercengang oleh suara lainnya.

Dengan bertumbuhnya anak, maka bicara cenderung tetap suka menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu. Anak dengan autisme juga cenderung terlihat pada usia dini dan mempunyai pergerakan khusus, hal ini meliputi berlonjak dan memutar dan menggerakan jari tangan serta tepuk tangan. Pada masa remaja perilaku seksual

tidak sesuai dengan dan tanpa hambatan. Pada remaja autistik dapat melakukan kontak seksual penyelidikan dengan orang yang sama sekali asing.


V. MANIFESTASI KLINIS
Menurut hasil pengujian psikologi konvensional, IQ tergolong ke dalam cakupan orang yang secara fungsional terbelakang, tetapi kekurangan-kekurangan yang dimilikinya di dalam bahasa dan sosialisasi mengakibatkan kesukaran mendapatkan perkiraan yang lebih tepat tentang kemampuan intelektual yang dimiliki anak autisme. Beberapa anak yang autisme dapat berprestasi cukup dalam pengujian yang non verbal dan mereka yang mempunyai kemampuan berbicara yang berkembang memperlihatkan kemampuan intelektual yang memadai. Kadang anak yang autisme dapat memiliki bakat yang luar biasa yang tersembunyi yang dapat dianalogikan sebagai seorang yang pintar gila (idiot savan) yang terdapat pada orang dewasa.


Beberapa gambaran penyakit yang dapat dikenal antara lain:

1. Penarikan diri
Anak yang autisme tidak memberikan respon jika diajak bicara dan tidak mengadakan kontak dengan orang lain., tidak ada hubungan kontak ke mata. Anak biasanya duduk untuk waktu yang lama, sibuk dengan tangannya, menatap pada objek. Terdapat juga perubahan suasan hati yang tiba-tiba dan marah besar.
2. Terdapat kegagalan untuk memberikan respon rangsangan nyeri
3. Anak pada umumnya mampu berbicara pada sekitar umur yang biasa, tetapi kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun. Pada anak-anak juga terdapat kecendrungan untuk mengulangi suatu ungkapan kata.
4. Sering ditemukan retardasi intelektual pada anak-anak, ini saat diperiksa pertama kali terdapat kecendrungan untuk perbaikan jika anak mulai bangkit dari penarikan diri.

5. Perilaku ritualtistic dan konvulsif merupakan gambaran autisme anak menekankan suatu rutinitas harian tertentu dan menolak perubahan. Hal yang sama berlaku terhadap objek yang mana anak menjadi sangat terikat dan tidak dapat dipisahkan daripadanya.
6. Sikap dan gerakan yang tidak biasa juga ditemukan. Dalam hal ini termasuk mengepak tangan dan mengedip-ngedipkan mata dan ditemukan juga wajah yang menyeringai, melompat dan jalan berjingkat-jingkat atau tingkah laku mororik yang berulang-ulang.

7. Umumnya sulit berkomunikasi verbal dan non verbal
8. Ambang batas sensoris sakitnya rendah atau sangat tinggi, misalnya sentuhan atau pelukan bisa dipersepsikan sebagai tindakan yang sangat menyakitkan, sehingga dia akan berteriak atau menangis keras, sedangkan melukai dirinya sendiri tidak dipersepsikan sakit.


VI. KRITERIA DIAGNOSIS

Kriteria yang digunakan adalah kriteria klinis, memuat 12 kriteria dan mensyaratkan terpenuhinya minimal 6 dari 12 kriteria tersebut. Ke-12 kriteria ini dikelompokkan ke dalam 3 bidang impairment (kerusakan) utama, yaitu;

1. Impairment dalam interaksi sosial
2. Impairment dalam komunikasi dan pola tingkah laku repetitive

3. Minat dan aktivitas yang sangat stereotype dan kaku


VII. PENATALAKSANAAN


1. Terapi biomeditasi
Menggunakan obat-obat untuk mengontrol gejala autisme, misal obat untuk mengontrol perilaku seperti klorpromazin atau tiroidazir.

2. Terapi tingkah laku
Menggunakan metode Lovas yaitu metode modifikasi tingkah laku yang disebut Applied Behavioural Analysis

(ABA) atau Behavioural Intervention atau Behavioural

Modification.


3. Home Based Trainning
Re-inforcement/dukungan positif (penguat), tujuannya untuk memunculkan tingkah laku yang positif, misalnya kalau anak mau belajar akan diajak jalan-jalan. Memerlukan kesabaran tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar