Janin bisa terinfeksi toksoplasma melalui saluran plasenta jika si ibu terserang toksoplasmosis ketika sedang mengandung. Infeksi parasut ini bisa menyebabkan keguguran atau cacat bawaan seperti kerusakan pada otak dan fungsi mata.
♦ Seperti apa gejalanya?
Orang dewasa sehat biasanya tidak menunjukkan gejala spesifik ketika terinfeksi toksoplasmosis. Gejala yang timbul terkadang bisa menyerupai gejala flu, seperti demam, kelelahan, atau radang tenggorokan. Pernah juga dilaporkan adanya pembengkakan pada kelenjar getah bening. Jika seseorang pernah terserang toksoplasmosis, tubuhnya akan membentuk imunitas dan biasanya orang tersebut tidak akan terserang untuk kedua kalinya.
♦ Bagaimana cara mendeteksinya?
Satu-satunya cara mendeteksi infeksi ini adalah tes darah yang tergabung dalam tes TORCH. Tes ini umumnya disarankan untuk dilakukan pada ibu hamil di trimester awal kehamilan untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi toksoplasma, rubella, cytomegalovirus, dan herpes. Menurut penasihat Parents Indonesia, Prof. Dr. med. Ali Baziad SpOG, K-FER, profesor Obstetri dan Ginekologi Universitas Indonesia, tes TORCH hanya akan diberikan jika memang sebelumnya ada indikasi tertentu, misalnya memiliki riwayat keguguran, atau jika pernah melahirkan bayi cacat dan meninggal dunia.
♦ Kucing dan Parasit Toksoplasma
Memiliki kucing di rumah ketika Anda sedang hamil tidak serta merta membuat Anda terinfeksi toksoplasma. Alasannya adalah:
1. Toksoplasma dibawa oleh kucing yang memakan daging mentah seperti daging tikus atau burung liar atau makanan yang mengandung parasit toksoplasma. Parasit ini hanya bisa ditularkan ketika si kucing pertama kali terekspos oleh parasit tersebut, dan hanya bisa hidup selama dua minggu di usus kucing. Setelah itu, si kucing akan membangun imunitas terhadap toksoplasma sehingga tidak akan terserang untuk kedua kalinya. Dengan begitu, kucing yang berisiko besar mengandung parasit ini adalah kucing liar.
2. Telur parasit toksoplasma yang bernama oocyst membutuhkan waktu satu hingga 21 hari sebelum matang, untuk kemudian menginfeksi inangnya. Toxoplasma gondii hanya bisa menginfeksi selama dua hingga delapan hari sebelum mati. Meski demikian, telurnya dapat bertahan hidup di tanah selama lebih dari satu tahun. Jika boks pasir si pus rajin dibersihkan, kemungkinan Anda terserang toksoplasmosis sangat minim.
3. Oocyst ditularkan melalui saluran pencernaan, infeksi toksoplasmosis hanya bisa terjadi jika Anda melakukan kontak dengan feses kucing yang terkontaminasi parasit, lalu tanpa mencuci tangan, Anda menyentuh mulut. Atau dengan cara-cara lain, mentransfer partikel feses yang terkontaminasi ke saluran cerna Anda.
Karena sangat kecil kemungkinan seekor kucing peliharaan yang terawat baik bisa menularkan parasit toksoplasma pada pemiliknya, maka wanita hamil juga memiliki kemungkinan kecil terinfeksi toksoplasmosis dari kucing peliharaannya. Prof. Ali tidak mempermasalahkan wanita hamil memelihara kucing di rumah. “Kemungkinan kucing yang terserang toksoplasma adalah kucing liar yang terbiasa hidup mengais makanan sisa di sampah-sampah atau jika dia menangkap burung liar atau tikus,” katanya. Asalkan kucing tersebut dipelihara dengan bersih di dalam rumah, makananannya bisa dikontrol, tidak memakan daging mentah dan fesesnya dibersihkan setiap hari oleh anggota keluarga, selain Anda yang sedang hamil, keberadaan kucing di dekat Anda bukanlah momok kehamilan yang mengerikan.
♦ Siapa yang paling berisiko terserang toksoplasmosis?
Wanita yang memelihara kucing liar (atau yang dibiarkan berkelana keluar rumah) atau baru saja mendapatkan kucing yang tidak jelas asalnya. Anda juga berisiko terinfeksi toksoplasma jika senang mengonsumsi daging setengah matang, sering melakukan kontak dengan tanah atau pupuk tanpa sarung tangan ketika berkebun, atau sebelumnya pernah mengalami pembengkakan kelenjar getah bening. Bahkan berdasarkan penelitian yang dilakukan di Eropa, mereka yang mengonsumsi daging kurang matang justru memiliki risiko terserang toksoplasma lebih besar dibandingkan mereka yang memelihara kucing di dalam rumah.
Sumber : Parentsindonesia…
Namun ada sebuah artikel yang pernah saya baca terkait tentang kucing
♥ Hasil penelitian laboratorium ♥
Telah dilakukan berbagai penelitian terhadap kucing dari berbagai perbedaan usia, perbedaan posisi kulit, seperti punggung, bagian dalam telapak kaki, pelindung mulut, dan ekor. Pada bagian-bagian tersebut dilakukan pengambilan sample dengan usapan. Disamping itu, dilakukan juga penanaman kuman pada bagian-bagian khusus. Selain itu, diambil juga cairan khusus yang ada pada dinding dalam mulut dan mengusap lidah. Penelitian ini dilakukan di rumah sakit Hamdan dan Rumah sakit Yaman di Damaskus. Adapun hasil yang didapatkan adalah :
1. Hasil yang diambil dari kulit luar ternyata negatif, meskipun dilakukan berulang-ulang.
2. Perbandingan yang ditanamkan memberikan hasil negatif sekitar 80% jika dilihat dari cairan yang diambil dari dinding mulut.
3. Cairan yang diambil dari permukaan lidah memberikan hasil negatif.
4. Kuman yang ditemukan saat proses penelitian dilakukan berasal dari kelompok kuman yang dianggap sebagai kuman biasa yang berkembang pada tubuh manusia dalam jumlah terbatas seperti enterobacter, streptococcus, dan taphylococcus. Jumlahnya kurang dari 50 ribu pertumbuhan.
5. Tidak ditemukan kelompok kuman yang beragam.
Berbagai sumber yang dapat dipercaya dan hasil penelitian laboratorium menyimpulkan bahwa kucing tidak memiliki kuman dan mikroba. Liurnya bersih dan membersihkan.
♥ Komentar Para dokter yang bergelut dalam bidang kuman.♥
Menurut Dr.George Maqshud, ketua laboratorium di Rumah sakit Hewan Baitharah, jarang sekali ditemukan adanya kuman pada lidah kucing. Jika kuman itu ada, maka kucing itu akan sakit.
Setelah melakukan penelitian terhadap berbagai cairan untuk membandingkan liur manusia , anjing dan kucing, Dr.Gen Gustafin menemukan bahwa kuman yang paling banyak terdapat pada anjing, kemudian manusia memiliki seperempat dari anjing, lalu pada kucing terdapat setengah dari kuman manusia. Dokter hewan di RS hewan damaskus, Said Rafah menegaskan bahwa kucing memiliki perangkat pembersih yang bernama lysozyme.
Kucing tidak menyukai air, karena air tempat yang sangat subur untuk tumbuhnya bakteri, terlebih pada air yang tergenang. Kucing menjaga kestabilan kehangatan tubuhnya. Ia menjauh dari panas matahari, tidak dekat dengan air. Tujuannya supaya bakteri tidak berpindah kepadanya. Iilah yang menjadi faktor tidak addany akuman pada tubuh kucing. (Pembahasan ini ada dalam kajian fikih Al-Syafii dengan kaidah ”kering yang bersih”)