Askep Hernia Pada Anak
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun berok,
adalah penyakit akibat turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot
dinding perut. Penderita hernia, memang kebanyakan laki-laki, terutama
anak-anak. Hernia yang terjadi pada anak-anak, lebih disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis
atau buah zakar. Sementara pada orang dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi
dalam rongga perut dan karena faktor usia yang menyebabkan lemahnya otot
dinding perut. Ternyata penderita hernia seringkali disertai gangguan fungsi
saluran cerna lainnya, hipersensitifitas kulit dan gangguan alergi lainnya.
Meski penanganan hernia harus dioperasi tetapi pada sebagian kasus khususnya
hernia inguinalis dan umbilikasis bila dilakukan penatalaksanaan penanganan
alergi hipersentifitas saluran cerna sejak dini ternyata dapat membantu
proseses perbaikan secara spontan.
Di Indonesia
diperkirakan 102 ribu anak menderita penyakit hernia. Untuk data di jawa
tengah, mayoritas usia penderita selama Januari-Desember 2007 berkisar antara
2-5 tahun, dengan rincian umur kurang dari 1 tahun sebanyak 51-211 penderita,
dan umur 5 tahun berkisar antara 150.214 penderita. Oleh karena itu dalam
mengatasi masalah tersebut, disinilah konsep asuhan keperawatan kita terapkan
untuk meningkatkan kesehatan anak, sebagai salah satu masalah yang ditemukan
pada anak adalah masalah bedah dari berbagai jenis tersebut salah satunya
adalah kasus hernia yang memerlukan tindakan pembedahan, dimana menurut data
RSCM pada 3 bulan terakhir dari 108 pasien dengan persentase (8%) dibandingkan
dengan persentase penyakit bedah lainnya ( Ilham, 2008:17).
Untuk jumlah
penderita di boyolali yaitu dipusatkan di RSUD Pandang arang tercatat 120
pasien yang mengalami hernia pada tahun 2009 ini. Dan para penderita sampai
menjalani perawatan selama 5-8 hari. Meskipun jumlah penderita hernia mencapai
ratusan menurut direktur rumah sakit pandan arang boyolali, sampai sejauh ini
belum ada yang meninggal. Kepala dinas kesehatan dan sosial kabupaten boyolali
mengatakan selama di RSUD Pandan Arang itu sendiri, di daerah juga ada yang
menderita penyakit hernia seperti di daerah Manggung Cilik, Muluk, Wonosegoro
dan Juwangi.(Rizky Julana, 2007:412).
1.2
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan masalah-masalah
berikut ini :
1.
Pengertian
hernia pada anak?
2.
Apa
Etiologi hernia?
3.
Apa
saja Klasifikasi hernia?
4.
Bagaimana
tanda
dan gejala hernia?
5.
Bagaimana
Patofisiologi hernia?
6.
Bagaimana
pathway hernia?
7.
Apa
saja Manifestasi klinik hernia?
8.
Bagaimana
Penatalaksanaan hernia?
9.
Apa
saja Komplikasi hernia?
10. Bagaiman pencegahan dan pengobatan pada kasus hernia?
11. Apa saja Pemeriksaan laboratorium pada hernia?
12. Apa saja diagnosa banding pada hernia?
13. Bagaimana Askep konsep pada anak dengan hernia?
1.3
TUJUAN
PENYUSUNAN
A. Tujuan
Umum
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak II pada semester VI STIKES
Muhammadiyah Lamongan.
B. Tujuan
Khusus
Agar
mahasiswa mengetahui :
1.
Pengertian
hernia pada anak?
2.
Apa
Etiologi hernia?
3.
Apa
saja Klasifikasi hernia?
4.
Bagaimana
tanda
dan gejala hernia?
5.
Bagaimana
Patofisiologi hernia?
6.
Bagaimana
pathway hernia?
7.
Apa
saja Manifestasi klinik hernia?
8.
Bagaimana
Penatalaksanaan hernia?
9.
Apa
saja Komplikasi hernia?
10. Bagaiman pencegahan dan pengobatan pada kasus hernia?
11. Apa saja Pemeriksaan laboratorium pada hernia?
12. Apa saja diagnosa banding pada hernia?
13. Bagaimana Askep konsep pada anak dengan hernia?
1.4
MANFAAT
A. Teoritis
Sebagai
dokumen ilmiah guna pengembangan pengetahuan tentang penyakit hernia.
B.
Praktis
Sebagai bahan masukan dalam memberikan pelayanan
kesehatan khususnya penanganan penyakit hernia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Dalam pengertian ini ada beberapa
pendapat antara lain :
1.
Hernia adalah penonjolan abnormal dan
jaringan atau organ intra abdominal sebagian atau seluruhnya melalui lubang
atau defek dinding abdoman (lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr. Soetomo, 1994 : 83)
2.
Hernia adalah menonjolnya suatu organ
atau struktur organ dari tempatnya yang normal melalui defek kongenital atau
yang didapat (Long Barbara C, 1996 : 246)
3.
Hernia adalah prostitusidari organ
melalui lubang defek-tif yang didapat atau kongenital pada dinding rongga yang
secara normal berisi organ (Engram Barbara, 1999 : 21)
4.
Hernia
adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang (Oswari,
2000 : 216).
5.
Hernia
inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (regio
inguinalis). (Oswari, 2000 : 216)
6.
Hernia
adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga
yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253).
2.2 ETIOLOGI
Hernia
dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya dinding ini
mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir, contoh
hernia bawaan adalah hernia omphalokel yang terjadi karena sewaktu bayi lahir
tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka.
Demikian
pula hernia diafragmatika. Hernia dapat diawasi pada anggota keluarga misalnya
bila ayah menderita hernia bawaan, sering terjadi pula pada anaknya. Pada
manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia umur lanjut lebih
cenderung menderita hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat yang
dilakukan dalam jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut (Oswari. 2000 :
217).
Menurut Sabston David C. 1994 : 229
peningkatan tekanan intra abdomen akibat dari berbagai sebab antara lain :
a)
Pengejanan mendadak (pada waktu buang
air besar)
b)
Gerakan badan yang terlalu aktif
c)
Obesitas
d)
Batuk menahun
e)
Asites
f)
Kehamilan dan adanya abdomen yang besar
2.3 KLASIFIKASI HERNIA
Menurut Sabiston, 1994 : 229 dan
Long Barbara C, 1996 : 46)
1)
Menurut lokasinya dibagi menjadi :
a)
Hernia
inguinalis yaitu suatu penonjolan bisa lateralis atau medialis. Pada lateralis
anatominya regio menggambarkan 9 lapisan aspek antero alteral dinding abdomen,
sedang medial anatominya terletak medial terhadap pembuluh-pembuluh darah
epigrastika provunda.
b)
Hernia
umbikalis yaitu suatu cacat konginetal atau akuisitas pada bayi dan anak kecil.
Pada umbikalis anak kecil cenderung menutup secara spontan dalam dua tahun
pertama.
c)
Hernia
femoralis yaitu merupakan tingginya, maka seharusnya dioperasi bila kondisi
pasien memungkinkan agar kantong hernia secara lengkap di ekuisi cukup tinggi
supaya putung kantong terektrasi baik diatas ligamentum inguinale.
2)
Menurut isinya, terbagi atas :
a)
Hernia
usus halus yaitu suatu penonjolan baik lateral maupun medial dimana organ yang
turun berupa usus halus atau kolon.
b)
Hernia
omentum yaitu suatu penonjolan baik alteral atau medial dimana organ yang turun
berupa omentum.
3) Menurut
terlihat atau tidaknya, terbagi atas :
a)
Hernia
interna yaitu hernia yang tidak terlihat, tetapi terjadi lubang alami.
Contoh : Hernia diafrakmatika, hernia di fomen Winslow,
incaserasi dirasakan sebagai ilius, hernia diliganentum treuz dan hernia di
foramen obduratria.
b)
Hernia
eksterna yaitu penonjolan yang terlihat dari luar yang terus membesar
disebabkan karena batuk kronis.
Contoh : Hernia inguinalis lateralis, hernia femoralis,
hernia umbilicalis, hernia epigastricalis dan hernia prienalis.
4) Menurut
kausanya, terbagi atas :
a)
Hernia
konginetal yaitu hernia yang disebabkan oleh kegagalan penutupan prosesus
vaginalis (kantong hernia) sewaktu turun kedalam skortum.
b)
Hernia
traumatic yaitu hernia yang tidak mutlak diperlukan pembedahan dan bila
diperlukan pembedahan terjadi trauma misal : pada hernia umbikalis.
c)
Hernia
incisional yaitu hernia dimana timbul karena terjadi setelah diinsisi dan
biasanya terjadi karena kurang kuatnya organ yang telah diinsisi.
5) Menurut
keadaannya, terbagi atas :
a)
Hernia
reponibilis yaitu suatu hernia yang dapat keluar masuk cavum abdomen.
b)
Hernia
irreponibilis yaitu suatu hernia yang tidak dapat masu cavum abdomen, tetapi
tetap di kantongnya.
c)
Hernia
incarserata yaitu hernia yang tidak dapat direposisi ke dalam kavitas
abdominalis.
d)
Hernia
stragulasta yaitu berawalan dari hernia incarserata karena pembengkakan
progresif isi incarserata bisa timbul sebagai hasil obstruksi vena dan pembuluh
limfe di leher kantong.
6) Beberapa
hernia lainnya :
a)
Hernia
pantolen yaitu hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada suatu
sisi dan dibatasi oleh vaso epigastrika inferior.
b)
Hernia
scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk scotum secara lengkap.
c)
Hernia
littre yaitu hernia yang isinya diverticulum meckeli.
Dari jenis
hernia yang paling umum di derita oleh anak. Hernia yang sering menyerang pada
anak yakni hernia inguinalis dan hernia umbilikalis.
2.4 TANDA
DAN GEJALA
- Benjolan
di lipatan paha.
Biasanya akan timbul
bila berdiri, batuk, bersin, mengejan atau mengangkat barang-barang berat.
Benjolan itu akan hilang bila penderita berbaring. Tidak ada keluhan nyeri.
Nyeri akan terasa bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia yang
mengakibatkan pembuluh darah disekitarnya terjepit. Pada anak-anak, terjepitnya
isi hernia lebih sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun.
- Anak
menangis dan gelisah
Si kecil akan mudah
menangis dan terus menerus terlihat gelisah. Benjolan di lipatan paha tersebut
juga akan terlihat hilang timbul ketika si kecil menangis.
- Terasa nyeri
Bila
isi hernia terjepit oleh cincin hernia, maka akan terasa nyeri. Apalagi bila
akhirnya terjadi infeksi, penderita akan merasakan nyeri yang hebat, dan
infeksi tersebut akhirnya menjalar kemana-mana serta meracuni seluruh tubuh.
Jika sudah terjadi keadaan seperti ini, maka disebut gawat darurat yang harus
segera ditangani, karena dapat mengancam nyawa penderita.
2.5 PATOFISIOLOGI
Menurut Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr.
Soetomo, 1994 : 83 dan Long Barbara C, 1996 : 246 faktor penunjang yang
menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis adalah :
a) Faktor bawaan (faktor interna)
Terdapat
hubungan antara cavum abdomen dengan scrotum (timbulnya lubang alami)
disebabkan canalis inguinalis terbuka terus karena proses vaginalis tidak
berobliterasi.
b) Faktor didapat (faktor eksterna)
Fasia abdomen
terkoyak akibat mengejan, batuk kronis, mengangkat barang berat, menangis terus
pada anak kecil.
Hernia yang disebabkan oleh faktor
bawaan akan timbul hernia inguinalis kongiteral, sedangkan yang menyebabkan
tekanan intra abdomen meningkat, yang dapat menyebabkan vasia abdomen terkoyak
akan menyebabkan hernia inguinalis lateralis akuistika.
Hernia inguinalis lateralis
konginetal dan skuistika bila hernianya dapat keluar dari anulus internus
melalui canalis inguinalis dan masuk ke dalam scrotum disebut hernia inguinalis
completa (hernia scrotalis) sedangkan bila benjolan hanya sampai pada anulus
interna disebut hernia inguinalis lateralis incopleta.
Hernia scotalis dapat bersifat
reponibilis (hernia dapat keluar masuk caviun abdomen) clan bersifat
peponibilis (hernia tidak dapat masuk kembali ke dalam cavum abdomen tetapi
berada di kantongnya).
Penekanan pada hernia ring (anulus
anternus) dapat menimbulkan beberapa akibat antara lain :
1. Akibat
lokal
a) Oedema
karena saluran limphe terbendung.
b) Pada
suatu saat tekanan daerah oedema sama dengan tekanan arteri sehingga arteri
terbendung akibatnya suplei darah berhenti sehingga timbul nekrosis dari usus
yang terjepit tadi.
c) Kemudian
terjadi infeksi serta timbul abses yang berakibat fatal bagi klien.
2.
Akibat umum
a) Pasien
tidak dapat minum dan muntah sehingga klien kekurangan cairan dan elektrolit.
b) Selain
muntah dan sekresi dari usus yang melebar sehingga memebratkan dehidrasi yang
sudah terjadi.
c) Terjaid
absorbsi bahan-bahan toksit dari usus ke dalam tubuh.
d) Terjadi
ischema pada usus yang akhirnya timbul paralise.
2.6 PATHWAY
2.7 MANIFESTASI KLINIS
1)
Tampak
benjolan di lipat paha.
2)
Bila
isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan
mual.
3)
Bila
terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta
kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
4)
Hernia
femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan
gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping
benjolan di bawah sela paha.
5)
Hernia
diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas.
6)
Bila
pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar. (Oswari,
2000 : 218)
2.8 PENATALAKSANAAN
a) Dengan
resposisi secara manual.
b) Dengan
memakai sabuk hernia untuk penderita yang tidak memerlukan tindakan bedah.
c) Herniografi
(bedah perbaikan hernia) Adalah di seksi dari kantung hernia dan di kembalikan
pada susunan semua pada cavum abdomen.
d) Hernioplash
adalah perbaikan pada jaringan yang lemah sehingga menguatkan dengan kawat
jalinan baju / tascia.
e) Pemberian
analgesik pada hernia yang menyebabkan nyeri.
2.9 KOMPLIKASI
1.
Terjadi perlengketan antara isi hernia
dan dinding kantung hernia sehingga isi hernia tidak dapat di masukkan kembali.
2.
Terjadi penekanan terhadap cincin hernia
akibat banyak unsur yang masuk.
2.10
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
1. Operasi
Sebelum anak mencapai usia satu tahun,
biasanya belum dilakukan tindakan operasi. Diharapkan, lubang yang berupa
saluran itu akan menutup sendiri mengikuti pertumbuhannya. Namun, jika setelah
berusia satu tahun, lubang masih terbuka, dokter akan menganjurkan operasi.
Tindakan ini ditujukan untuk menutup lubang. Bila dibiarkan begitu saja, maka
lubang tersebut dapat bertambah besar. Ketika anak mulai berjalan dan
beraktivitas, lubang tadi dapat terus membesar akibat dorongan terus-menerus.
Akibatnya, tidak hanya cairan yang keluar, usus pun dapat keluar, sehingga
berlanjut menjadi hernia.
2.
Menggunakan Korset/penyangga
Tidak semua hernia harus dioperasi. Bila
masih dapat dimasukkan kembali, maka tindakan yang bisa dilakukan adalah
menggunakan penyangga/ penunjang/ korset untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Pada anak-anak atau bayi, reposisi spontan dapat terjadi
karena cincin hernia pada anak lebih elastis. Bila sudah tidak dapat
direposisi, maka satu-satunya tindakan yang harus dilakukan adalah dengan
operasi.
3.
Hindari hal-hal yang memicu tekanan di dalam
rongga perut
Untuk mencegah terjadinya kekambuhan,
hindarkan anak dari hal-hal yang memicu tekanan di dalam rongga perut, misalnya
batuk dan bersin yang kuat, konstipasi (sembelit), mengejan, serta mengangkat
barang berat. Usahakan anak tidak mengejan kuat ketika buang air kecil atau
besar. Jelaskan pada anak mengenai risiko batuk dan mengejan. Anda pun bisa
menggunakan kondisi ini sebagai alasan agar anak menghindar terlalu banyak permen
(menghindari batuk), makan banyak buah agar buang air besarnya mudah.
2.11 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar
gas dalam usus/ obstruksi usus.
b.
Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel
darah putih dan ketidak seimbangan elektrolit.
2.12
DIAGNOSA BANDING
1)
Hidrokel punya batas jelas,iluminasi
positif dan tidak dapat di masukkan.
2)
Limfadenopati inguinal.
3)
Testis ektropik.
4)
Lipoma / hernialis.
5)
Orkitis.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN HERNIA
3.1
PENGKAJIAN
1.
Identitas
Klien :
Hernia
bisa terjadi pada anak, dewasa yang melakukan aktifitas berlebihan , melakukan
pengangkatan benda berat, yang terjadi pada anak usia 2-5 tahun.
2.
Keluhan
utama :
Nyeri
dan ada benjolan di inguinal.
3.
Riwayat
penyakit sekarang :
Klien
mengeluh nyeri, ada benjolan ,mual muntah.
4.
Riwayat
penyakit sebelumnya :
Wawancara
di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang di derita klien.
5. Riwayat
psiko,sosio, dan spiritual :
Klien masih berhubungan
dengan temannya dan bermain seperti biasanya, klien masih dapat berkomunikasi
dengan orang tuanya. Bagaimana dukungan keluarga dalam
keperawatan agar membantu dalam proses penyembuhan.
6.
Riwayat tumbuh kembang :
a.
Prenatal : Ditanyakan apakah ibu
menderita infeksi
atau
penyakit kronik lain.
b.
Antenatal : Ditanyakan Siapa penolong persalinan karena data ini akan
membantu membedakan persalinan yang bersih / higienis atau tidak. Alat
pemotong tali pusat, tempat persalinan.
c.
Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir
langsung diberikan imunisasi apa tidak.
d.
Riwayat imunisasi
Tanyakan
pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
Usia
<7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B
Usia
1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio I
Usia
2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2
Usia
3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3
Usia
4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4
Usia
9 bulan anak mendapat imunisasi campak
7.
ADL
(Activity Daily Living)
·
Nutrisi.
Klien
mengalami mual muntah.
·
Aktivitas/istirahat
Gejala :
Sebelum MRS:
- Pasien sering
melakukan aktivitas yang berlebihan, sering melompat, ataupun terjatuh dari
ketinggian.
Sesudah MRS:
- Membutuhkan papan/matras yang keras
saat tidur.
- Penurunan rentang
gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.
- Tidak mampu melakukan aktivitas yang
biasanya dilakukan.
Tanda :
- Atrofi otot pada
bagian tubuh yang terkena.
- Gangguan dalam berjalan.
·
Eliminasi.
Gejala
:
- Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.
-
Adanya retensi urine.
·
Istirahat tidur.
Penurunan
kualitas tidur.
·
Personal Higiane.
Penurunan
kebersihan diri , ketergantungan.
·
Integritas Ego
Gejala : ketakutan
akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial keluarga
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari
keluarga/orang terdekat
·
Kenyamanan
Gejala : nyeri
seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin,
defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong,
bahu/lengan, kaku pada leher.(Doenges, 1999 : 320-321)
8.
Pemeriksaan
fisik
Keadaan umum :
Lemah.
TTV
= TD : Normal / hipertensi (n: 120/80
mmHg).
Suhu : Hipotermi (n: 36 o C- 37 o C).
Nadi : Tachicardi (n: 80-120
x/mnt).
RR : Normal / meningkat (n: 30-60 x/mnt).
a) Kepala
dan leher
Inspeksi
: Ekspansi wajah menyeringai, merintih, menahan sakit.
Rambut : Lurus/keriting, distribusi
merata/tidak, warna, Ketombe, kerontokan
Mata
: Simetris / tidak, pupil isokhor, skelara merah muda, konjunctiva tdk anemis
Hidung : Terdapat mukus / tidak, pernafasan cuping hidung.
Telinga : Simetris, terdapat mukus / tidak,.
Bibir
: Lembab,tidak ada stomatitis.
Palpasi
: Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada leher.
9. Dada
:
Inspeksi
: Simetris,tidak terdapat tarikan otot
bantu pernafasan
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan
terasa panas, nyeri tekan(-)
Perkusi : Jantung : Dullness
Auskultasi
: Suara nafas normal.
10. Abdomen
Inspeksi : terdapat benjolan ingunalis
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
+
|
+
|
+
|
Palpasi
: Teraba massa, terdapat nyeri tekan
pada daerah inguinalis
Perkusi : dullnes
Auskultasi
: Terdengar bising usus.(n=
<5 per menit)
+
|
+
|
+
|
+
|
11. Ekstremitas
Atas
: simetris, tidak ada odem
Bawah
: simetris, tidak ada odem
12.
Pemeriksaan
penunjang :
a.
Sinar
X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.
b.
Hitung
darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan
elektrolit.
3.2
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Mobilitas fisik berhubungan dengan paralise.
2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual muntah.
3.
Nyeri berhubungan dengan terputusnya
integritas jaringan.
3.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan mobilitas pasien membaik atau sembuh.
Kriteria
hasil :
K : Pasien dapat melakukan
aktifitas dengan baik.
A : Mendemonstrasikan teknik/perilaku
yang mungkin.
P : Mengungkapkan pemahaman
tentang situasi/faktor resiko dan aturan
pengobatan individual.
5
|
5
|
5
|
5
|
P : Mempertahankan/meningkatkan
kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit dan kompensasi, klien bisa melakukan aktifitas tanpa bantuan, bisa
melakukan perawatan diri, kekuatan otot:
Intervensi :
1.
Catat respon-respon emosi/perilaku pada
imobilisasi.
2.
Berikan tindakan pengamanan sesuai
indikasi dengan situasi yang spesifik.
3.
Berikan/bantu pasien untuk melakukan
latihan rentang gerak pasif dan aktif.
4.
Bantu pasien dalam melakukan aktivitas
ambulasi progresif.
5.
Anjurkan pasien untuk melatih kaki
bagian bawah/lutut.
6.
Berikan obat untuk menghilangkan nyeri
kira-kira 30 menit sebelum memindahkan/melakukan ambulasi pasien.
Rasional
:
1.
Imobilisasi yang dipaksakan dapat
memperbesar kegelisahan, peka rangsang.
2.
Tergantung pada bagian tubuh yang
terkena/jenis prosedur, aktivitas yang kurang berhati-hati akan meningkatkan
kerusakan spinal.
3.
Memperkuat otot abdomen dan fleksor
tulang belakang, memperbaiki mekanika tubuh.
4.
Keterbatasan aktivitas bergantung pada
kondisi yang khusus tetapi biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi.
5.
Stimulasi sirkulasi vena/arus balik vena
menurunkan keadaan vena yang statis dan kemungkinan terbentuknya trombus.
Antisipasi terhadap nyeri dapat
meningkatkan ketegangan otot. Obat dapat merelaksasikan pasien, meningkatkan
rasa nyaman dan kerjasama pasien selama melakukan aktivitas.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual muntah
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nutrisi
pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
K : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan lengkap.
A : Mendemonstrasikan
pemeliharaan/kemajuan peningkatan berat badan sesuai tujuan.
P : Menyatakan kondisi tubuh membaik.
P : Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi, dengan nilai
laboratorium dalam rentang normal, berat
badan meningkat, albumin (n:11.000-16.000gr/dl), turgor kulit (n:<2 detik).
Intervensi :
1.
Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan,
batuk, dan mengatasi sekresi.
2.
Timbang berat badan sesuai indikasi.
3.
Jaga keamanan saat memberikan makan pada
pasien.
4.
Berikan makan dalam jumlah kecil dan
dalam waktu yang sering dengan teratur.
5.
Tingkatkan kenyamanan, lingkungan yang
santai termasuk sosialisasi saat makan. Anjurkan orang terdekat untuk membawa
makanan yang disukai pasien.
6.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian nutrisi terhadap pasien.
Rasional
:
1.
Faktor ini menentukan pemilihan terhadap
jenis makanan sehingga pasien harus terlindung dari aspirasi.
2.
Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan
mengubah pemberian nutrisi.
3.
Menurunkan resiko regurgitasi dan
terjadinya aspirasi.
4.
Meningkatkan proses pencernaan dan
toleransi pasien terhadap nutisi yang diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama
pasien saat makan.
5.
Meskipun proses pemulihan pasien
memerlukan bantuan makan dan menggunakan alat bantu, sosialisasi waktu makan
dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan
fungsi makan.
6.
Merupakan sumber yang efektif untuk
mengidentifikasi kebutuhan kalori/nutrisi tergantung pada usia, berat badan,
ukuran tubuh, keadaan penyakit sekarang.
3. Nyeri berhubungan dengan terputusnya
intergitas jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria
Hasil :
K : Dapat mengetahui
tentang penyebab nyeri.
A : Berpartisipasi dalam
aktivitas/perilaku mengurangi nyeri.
P : Menyatakan nyeri hilang/ terkontrol.
P : Nyeri berkurang skala 1-2, menunjukkan dengan menurunnya ketegangan
dan rileks, TTV (n:160/80 mmHg),
Intervensi :
1.
Identifikasi
karakteristik, lokasi, lama nyeri
(dengan skala 0-10).
2.
Anjurkan
klien istirahat ditempat tidur.
3.
Atur
posisi pasien senyaman mungkin.
4.
Ajarkan
teknik relaksasi dan napas dalam.
5.
Kolaborasi
untuk pemberian analgetik.
Rasional :
1.
Identifikasi
karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan penting untuk memilih
intervensi yang efektif.
2.
Istirahat
untuk mengurangi intesitas nyeri.
3.
Posisi
yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi
nyeri.
4.
Relaksasi
mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman.
5.
Analgetik
berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Hernia adalah
penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang
secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (nettina, 2001 : 253).
2. Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah.
Lemahnya dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat
sesudah lahir, contoh hernia bawaan adalah hernia omphalokel yang terjadi
karena sewaktu bayi lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup)
dan masih terbuka.
3. Menurut sabiston, 1994 : 229 dan long barbara
c, 1996 : 46), hernia dibagi menjadi:
a. Menurut lokasinya dibagi menjadi : Hernia inguinalis,
hernia umbikalis, hernia femoralis.
b. Menurut
isinya, terbagi atas : Hernia usus halus, hernia omentum
c. Menurut terlihat atau tidaknya, terbagi atas
: Hernia interna, hernia eksterna
d. Menurut kausanya, terbagi atas : Hernia konginetal,
hernia traumatic, hernia incisional.
e. Menurut
keadaannya, terbagi atas : Hernia reponibilis, hernia irreponibilis, hernia
incarserata, hernia stragulasta.
f. Beberapa hernia lainnya : Hernia pantolen,
hernia scrotalis, hernia littre.
4. Tanda dan gejala adalah adanya
benjolan di lipatan paha, anak menangis dan gelisah, terasa nyeri.
5. Patofisiologi
Menurut lab/upf ilmu bedah rsud dr. Soetomo, 1994 :
83 dan long barbara c, 1996 : 246 faktor penunjang yang menyebabkan terjadinya
hernia inguinalis lateralis adalah:
a.
Faktor
bawaan (faktor interna)
b.
Faktor
didapat (faktor eksterna)
6. Manifestasi klinis yaitu tampak benjolan di
lipat paha, bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu
disertai perasaan mual, bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan
sakit akan bertambah hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas,
hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan di bawah sela paha, hernia diafragmatika menimbulkan
perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas, bila pasien mengejan atas
batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar. (oswari, 2000 : 218).
7. Pelaksanaannya adalah dengan resposisi secara
manual, dengan memakai sabuk hernia untuk penderita yang tidak memerlukan
tindakan bedah, herniografi (bedah perbaikan hernia) adalah di seksi dari
kantung hernia dan di kembalikan pada susunan semua pada cavum abdomen,
hernioplash adalah perbaikan pada jaringan yang lemah sehingga menguatkan
dengan kawat jalinan baju / tascia, pemberian analgesik pada hernia yang menyebabkan
nyeri.
8. Komplikasi hernia adalah terjadi perlengketan
antara isi hernia dan dinding kantung hernia sehingga isi hernia tidak dapat di
masukkan kembali, terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat banyak unsur
yang masuk.
9. Pencegahan
dan pengobatan bisa dilakukan dengan Operasi, menggunakan korset/penyangga,
dan hindari hal-hal yang memicu tekanan di dalam rongga perut.
10. Pemeriksaan laboratorium meliputi:
a. Sinar x abdomen
menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.
b. Hitung darah
lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan
hemotokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan elektrolit.
11. Diagnosa banding hernia adalah hidrokel
punya batas jelas,iluminasi positif dan tidak dapat di masukkan, limfadenopati
inguinal, testis ektropik, lipoma / hernialis, orkitis.
4.2 SARAN
Dengan
adanya makalah ini diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu mendiagnosis
secara dini mengenai penyakit hernia pada anak, sehingga kita mampu memberikan
asuhan keperawatan yang maksimal terhadap anak tersebut.
Tentunya
dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan sehingga kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA.
-
Barbara
Engran (1999) , Rencana Asuhan Kepera3watan Medical Bedah Volum 1 ,
EGC, Jakarta.
-
Doengoes
ME (2000), Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, EGC , Jakarta.
-
Ester,
M., 2001, Keperawatan Medikal Bedah, EGC. Jakarta.
-
http://zaa23.wordpress.com/2009/05/13/hernia-inguinalis-pada-anak/
-
http://adydech.blogspot.com/2010/12/asuhan-keperawatan-anak-pada-pasien.html
-
Long,
B.C. 1999, Perawatan Medikal Bedah, Volume 3, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan padjajaran Bandung.
-
Nettina,
S.M, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan, EGC. Jakarta Oswari, E. 2000, Bedah dan
Perawatannya, FKUI. Jakarta.
-
Purnawan
Djunaidi dkk (1999) , Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, Media
Ausculapius FKUI , jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar